Lama juga tak menuangkan pikiran dalam blog. Sekedar menyapa kembali, berikut satu update untuk Ideot Series...
Belajar tidak mengenal usia. Luas
dan dalamnya samudera ilmu tak akan mampu kita selami seluruhnya, meski kita
menghabiskan seluruh hidup kita untuk belajar.
Namun sayangnya, tak semua dari kita menyadari dan merasa perlu untuk
terus belajar ilmu yang benar-benar kita butuhkan. Di sisi lain, bangku sekolah
cenderung mengajarkan ilmu-ilmu yang sebenarnya belum tentu dibutuhkan bagi
para siswanya untuk menjalani hidupnya sebagai manusia, atau singkatnya ilmu
kehidupan.
Teater Ideot, sebenarnya
merupakan sekolah yang menggunakan teater sebagai media belajar menjalani dan
menjadi hidup. Saya teringat salah satu buah pikiran Buya Hamka, "Jika hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja." Lantas apa soal Buya mengatakan demikian? Rupanya itulah penyakit yang banyak menjangkiti saudara-saudara kita. Hidup tak lebih dari sekedar bernyawa dan mengejar materi sampai kadang-kadang lupa tujuan hidup.
Kembali ke Ideot, sebagaimana layaknya padepokan teater, kita tentu menjumpai latihan vokal,
latihan gerak, meditasi, dan latihan skill
serta keperluan kesenian panggung lainnya. Namun di balik itu, kesungguhan, kerja
keras, menghadapi keterbatasan, menyelesaikan persoalan, berpikir kreatif, menghindari
keluhan, dan menikmati berbagai kesulitan menjadi beberapa kurikulum utama yang
tidak pernah dibakukan dalam Teater Ideot. Ya, tidak pernah dibakukan sebagai
kurikulum, karena menjadi jiwa dari proses berteater. Maka itu sejatinya
berteater di Teater Ideot jauh lebih dari sekedar latihan akting, casting, setting panggung, lalu mentas. Percayalah bahwa
dalam setiap jengkal progres di Teater Ideot akan ada persoalan, dengan
berbagai varian bentuk dan kedalamannya. Lalu, apakah berteater di Teater Ideot
berarti mencari masalah? Hehe, tentu saja sebaliknya, kita akan dituntut untuk
menyelesaikan persoalan. Maka karya-karya Teater Ideot bukan sekedar
pementasan-pementasannya, ulasan-ulasan di surat kabar tentangnya, atau
workshop-workshopnya, tapi juga para alumnusnya.
Tentu bukan tanpa maksud jika
Allah menakdirkan Teater Ideot memiliki proses yang penuh persoalan. Satu dari
empat windu umur Teater Ideot menjadi bagian dari hidup saya dan saya bersyukur
untuk itu. Sungguh saya meyakini, jika Teater Ideot tak lebih dari kumpulan
persoalan semata, tentu empat windu keberadaannya patut kita tertawakan karena
pasti itu bualan. Persoalan-persoalan dalam Teater Ideot sebenarnya merupakan
sks-sks gratis bagi siapa saja yang ingin belajar menghadapi dan menyelesaikan
persoalan. Pertanyaannya: sudah berapa sks yang kita ambil dan berapa nilainya? Tentu kita sendiri yang tahu jawabannya. Akhir kata, selamat ulang tahun Lekboss, selamat ulang tahun
Teater Ideot, panjang umur dan terus berkarya, In Sya Allah ridho Allah selalu
menyertai.
Jakarta, Desember 2016
No comments:
Post a Comment